Apa saja bolehlah.
Aku juga tak begitu peduli.
Memang keacuhan yang aku harapkan.
Kamu tau kamu tabu?
Menyenangkan,
namun membunuhku pelan-pelan,
dramatis.
Nyawaku naik turun dibawamu.
Dengan kebaikan yang bersifat racun
walau kamu mungkin memang tulus.
Seiring detik berdetak dalam larinya,
aku menghitung
sisa-sisa nafas yang tertinggal.
Kamu mencuri nafasku
dengan senyummu.
Ketika menit bertumpuk
menjadi hitungan jam,
aku merasa jantungku kian melemah.
Kamu menusuk jantungku,
dengan matamu.
Pelan-pelan kamu merampas hidupku,
tapi aku menikmatinya.
Kamu tau kamu tabu?
Aku mencintaimu,
tapi kamu membunuhku perlahan dan diam-diam.
No comments:
Post a Comment