Pages

31 July 2005

Surat Cinta

Temanku memotong urat nadinya Senin lalu. Sebuah cara yang terlalu konvensional untuk bunuh diri, tapi nyatanya dia berhasil merenggut nyawanya sendiri.

Ibunya menelponku kemarin, "Tiara, bisa tolong tante membereskan barang-barang Andri?"

Jadi aku datang hari ini. Ibumu terlalu sedih untuk masuk sendiri ke kamarmu.

Apa yang salah, Ndri?
Aku berulang-ulang kali bilang kamu temanku yang paling berharga.
Sahabatku yang takkan terganti.
Aku berulang-ulang kali bilang itu.

Berulang-ulang kali.

Di antara barang-barangmu, kutemukan sebuah surat yang ditujukan kepadaku.

"Aku cinta kamu, aku cinta kamu, aku cinta kamu."

Surat cinta?

"dan aku tak mampu lagi bernyawa
bila dirimu takkan jadi milikku."


Bukan.

17 July 2005

Redupkan Gilang Gemilang

terang malam
rindukan awan
menutupi
rembulan

bersenandung sedih
bintang redupkan
gilang gemilang
sinar manisnya

jalan kota mengosong
neon lampu memudar
dan gelap akhirnya
hati

sunyi
sunyi
menanti...
penabuh matahari

sunyi
sunyi
menunggu...
dirimu

15 July 2005

a romantic overture

i deliberated
an entrapment,
designed specifically,
and only, for me

and somewhere
along the way
the gears stop winding
tired of rotating

overtaken
by mists of different colors
my trap evolved
into a maze i must solve

"i'd win it against time,"
tracing the walls
with my left hand,
wishing the exit i'd find

...
truth is
pain,
the exit's an illusion

...
and i would
love,
to instantly give up

so come on,
step over here
give me my break
be my escape

07 July 2005

Lain Dulu, Lain Sekarang

Malam itu hujan turun lebat mengepung dua sosok manusia di sebuah halte.

"Mau ke mana?"
"Pulang, mas"
"Ke?"
"Mahakam."
"Hati-hati, mbak. Banyak PSK. Warianya juga banyak."
"Ooh...iya. Memang banyak. Tapi kan nggak bahaya?"
"Eits...jangan salah, mbak! Waria-waria kadang-kadang jahat sama cewek. Takut diambil, kali, pasarnya..."
"Hahaa...masa iya?"
"Iya, mbak. Serius!"
"Iya, deh. Nanti saya hati-hati."
"Kok mau ya, jadi waria?"
"Yah...mungkin nggak ada pilihan lain..."
"Masa? Mereka 'kan bisa cari kerjaan lain?"
"Palingan kebanyakan cuma lulus SD, mas. Eh! Bis saya datang, mas! Duluan, ya?"
"Iya, mbak, silahkan. Ngomong-ngomong, nama saya Iwan."
"Saya Nina. Tapi dulu nama saya juga Iwan."

04 July 2005

Dan Kini Tentang Kemarau

aku merindukan
kemarau
membatik nuansa ramai
lewat tabuhan
nada gemerisik ranggasan
layang terbang layangan

aku merindukan
datangnya lagi
angin menabur
dedaunan kering,
kering,
dan kering
tiup angin

aku merindukan
kemarau
memainkan
warna indah
oranye di atas hijau
indah
ketidakteraturan awan
indah, dan indah
indah

aku merindukan
datangnya lagi
canting alam
membatik meriah suasana
...dan kutunggu
hingga datang kering
kering,
dan kering

01 July 2005

Awake, No More

sleep..
and dream more..
of me, of you,
of us, of everyone you know

sleep..
and i'll meet you there
i'll dream, you'll dream..
i'll breathe, and you'll be my air

must i,
i ask of you
wake up if you do?
when why would i, i'd be losing you.

should i,
i ask of you
be letting you go?
for if i do, when would you know?

sleep
and dream more
i'll meet you there
and be awake, no more.

Dreamland Recorder

fabulous things are still faraway
but you may do what they'd always say
i think it's been a matter of history
and as long as it is, it would always be.

but history is manipulaion
and your mind's been playing tricks on you
we're at the heels of revolution
moving upwards slowly solving clues.

but when you're finally there
i'd already be waiting
with a camera of any kind
so long it's time it's killing.

... and make a still out of it
of not being alone under the crimson-colored sky
sprayed by the extravagant fountain
and the green's beautiful enough to die.

...and make a tape out of it
with a dreamland recorder
we've gone for years now,
should there be a reason to falter?

Menghamburlah Kepadaku

Matahari mencair di indahnya merah laut senja,
Dan kau menatap air matanya dengan penuh duka.
Hanya menunggu datangnya badai berkepanjangan
Berpura-pura tegar meyakini; dirimu pasrah.

Tapi ketika warna hatimu menjadi kelam
Dan ketika luka itu menjadi tak berperi,
Menghamburlah kepadaku untuk suatu jeda dari siksa.

akan kusambut dengan perisai indah penahan lara,
atau merangkulmu saat kau lelah merintih..
dan kubuat badai itu menjadi ketenangan yang meraja.

Untuk Sementara

Untuk sementara,
Biarkan aku berduka
Di balik rentetan gigi yang terlihat saat aku tertawa
Agar sakit itu nyaman rasanya.

Untuk sementara,
Biarkan pedih itu tinggal sejenak
Sampai saatnya ia tergantikan
Oleh luapan kegembiraan yang akan tiba kembali.

Untuk sementara,
Acuhkan airmata ini,
Pasangkan topeng panggungku dengan sempurna,
Dan mainkan tali penarik tirai tanpa pertanyaan.

Untuk sementara,
Arahkan lampu panggung ke lakon lain,
Sembari aku duduk di sudut panggung
Menikmati tangis ini.

Maka Identitas Tidak Lagi Menjadi Soal

Ketika gaung kalimat kebenaran sudah terdengar
Begitu jelas di telinga
Begitu sakit terasa
Itulah waktuku untuk bersembunyi

Untuk sekali ini saja, biarlah kakiku melangkah!
Setidaknya jauh menepi
Dari ombak air bersahutan
Datang dan pergi...datang dan pergi

...persembunyian dari harap...
...imaji yang tak berbalas!
Yang berawal dari cabang yang kulangkahi sembari menatapmu.

Aku hilang arah - tujuan kemana seharusnya jejak kularikan
Dunia ini lelucon kosong!
Tanpa warna, tanpa suara,
Tanpa harum, tanpa rasa!

Aku terjebak dalam labirin ke'andai'an...
Sayangnya, tanpamu.

~ maka identitas tak lagi menjadi soal,
jika tidak ada engkau untuk mengenalku.

oLtArIaN vKeAzL I

Akan kuungkap semua
Tepat kali lain jika kau bertemu denganku
Karena kali itu, matamu
Akan melihatku melihatmu.

Ya, kuungkap semua cerita..
Segala muram, durja, dan murka selayak Kurawa membenci Pandawa
Segala cita, ria, dan suka selayak Bima berputra Gatotkaca.
Segalanya tentang kita.

Tentu saja, kali ini tanpa embel-embel cerita wayang.
Hanya kata, wacana sebenar-benarnya.

Pelangi Cinta Berselimutkan Durja

Siang ini hatiku tertusuk
Oleh garis-garis tajam pelangi cinta
Yang hadir lewat kata-kata indahmu
Yang Sayangnya tertujukan pada seorang lain.

Betapa indahnya warna darah itu
Ketika menghujam sebuah pisau laknat
Yang mendarat pedih dan disesali
Di tempat aku menyimpan cinta untukmu.

Sulit rasaku melawan gravitasi
Untuk naik kembali ke permukaan bumi
setelah jauh aku tertelan - menuju kulit neraka
merasakan tajamnya balutan duri bertopeng kecewa

Pelangi cinta itu berselimutkan durja
Yang tak akan terbuka sebelum - mungkin - kiamat.

Tapi pada akhir waktu, jika datang akhir waktu,
Aku akan belajar kembali melihatmu

Hanya saja kali ini dengan menutup mata.

Kapanlah Akan Datang

Mungkin kalau bukan hari ini,
Saatnya akan datang esok lusa
Untuk menggeser imaji dengan gambaran
Murka akan keadilan yang tak kunjung datang

Alasan tak pernah masuk akal..
Namun akalpun tak jelas warasnya.

Jika esok lusa ia tak datang pula
Masa depan masih luang - lapang.
Kecuali jika waktu hancur dan binasa,
Tanpa pagaran dan batas ia luas terbentang.

Tapi rongga itu terlalu luas
Untukku mengambang sendiri.
Timbangan itu masih timpang,
Dan sayangnya ia tidak memihakku.

Capit-capit kokoh dengan hati bijaksana telah pergi
Namun aku bukan boleh menggapai..
Bukan pula bisa mencapai dan merengkuh kembali
Indahnya hati itu

Maka kepadaNYA..
Entah sampai kapan, aku rahasiakan selintas kalimat cinta.

Kenbali, Dan Kembalilah

Maka kembalilah,
Wahai merpati kedamaian
Sebagai pengganti isi sebuah rongga kecil di dada
Bekas wadah rasa yang tak berbalas

Saat gerak tak lagi mungkin menjadi gemulai
Dan parau telah menjadi warna suara
Sayapmulah sebenda,
Sebuah harapan!

Kembalilah kepadaku,
wahai lambang alur halus akan rasa bertitel cinta!
Dengan paham damai membekas,
Penuhilah ruang kosongku.

Equilibriumku Hancur

Hilang keseimbanganku malam ini,
Namun tak jelas
Ke kiri atau ke kanan..
Atau mungkin dalam diam.

Daratan menghilang dan membaur dengan lautan
Seakan batasan yang bernama 'pantai'
Kehilangan karang dan pasirnya
Tenggelam dalam pasang tiga samudera.

Equilibrium hancur tak bersisa
Ikut terbawa ombak begitu kuatnya
Hanya pusaran angin menemani malam
Sebagai refleksi dari nurani yang porak poranda.

Titian itu tak lagi kelihatan
Ia menghilang jauh dari perlahan
Seiring dengan kabut yang menghalangi mata
Seirama dengan lagu sedih yang dilantunkan bulan.

Hilang keseimbanganku malam ini
Dan terpaksa aku jatuh,
dengan sukarela.

Lengan-lengan Cakrawala

Melangkahlah kemari temanku,
Kutunjukkan kepadamu yang akan selalu hilang
Daripada hidupmu.

Melangkahlah kemari dan lihatlah
Mataku menawarkan pelukan
Yang datang dari lengan-lengan cakrawala
Sebagai penyadarmu.

Matahari senja itu akan terus hadir di sini
sembari kau dipeluk, direngkuh,
Oleh lengan-lengan kokoh pengikat bumi,
Hanya agar tak kau ikuti senja sedih ini
~ singgasana tempat sang surya berpendar durja.

Bukan Untukku

Hidup ini sayang untuk dilewatkan, katamu
Ya, kalau saja ia memang berharga
Dengan lelatu-lelatu kecil yang timbul
Sedemikian indahya setiap kali kau lalu.

Hidup ini begitu manis, katamu
Ya, kalau saja ia tidak terlalu penuh
Dengan gemuruh suaraku sendiri
Merintih dan merintih.

Besok Malam Saja

Hari ini aku menyapa malam,
Memuji langit dan bintang miliknya.
Aku tersenyum, sedikit memicingkan mata,
Dan terteteslah sebentuk air titik hati.

Saat ini tak ada yang lebih baik untukku
Daripada jatuh ke ketiadaan.
Karena aku takut, tak ada lagi yang sanggup kulepas,
Dan aku takut akan kesayupan sosok yang biasa kulihat jelas...

Dan saat ini tak ada yang lebih baik untukku
daripada lari dari nyata
dan menghindar jauh darinya..
jatuh ke ketiadaan hampa.

Tapi, astaga...
Malam ini begitu terpuji, dan aku tak bisa berpaling darinya.

-biarlah aku jatuh..
Besok malam saja.

Degradasi Kesedihan

Hal bagus menimpaku hari ini
Dan menyeretku dari lautan durja
Setelah sekian lama aku kehabisan nafas
Sukarela, tenggelam di dalamnya.

Hal bagus membuatku tersenyum hari ini
Tulus, bahkan hingga tawa.
Sehingga perih yang tadinya sangat
Seketika berubah sampai hampir tiada.

Ini suatu sempurna,
karena akulah garis terakhir yang tercipta
pada pelangi
Yang terakhir di, dan merasa terpuji.
Setelah sekian lama, akhirnya terjadi..

sebuah degradasi

Kepada Pujangga

Kepada pujangga,
Telah kulontarkan sebuah pertanyaan
Yang tak perlu jawaban, benar!
Hanya sekedar renungan.

Kepada pujangga,
Telah kuberikan kepadamu
Untuk menenggak anggur bersama;
Sebuah undangan bertulis tangan

"ah! Lihat," kataku pada pujangga
Bulan sempoyongan seakan bertarian.
Pun juga yang diberinya sinar, malam.

Pujangga, sahutlah kalimatku
Sambutlah dengan segenap luas hatimu itu,
Sambutlah dan jangan diam.

Lalu, Pujangga...

betapa aku suka 'suara'mu
Karena suara itu adalah caramu
Meninggalkan - menegaskan - sebuah identitas di dunia
~ di hatiku.

Kepada pujangga,
Aku cinta 'suara'mu.