berlakulah manis hanya padaku
karena aku sedang menambal hati,
sendirian:
tambal sulam penuh kekosongan.
aku semakin jauh,
takkan terlihat olehmu.
takkan terlihat olehmu.
takkan terlihat olehmu.
31 March 2006
23 March 2006
to loneliness, to drowning
i didn't know how it would hurt;
the pouring dusts of untold pains
that you secretly sprinkled on me.
but it burned, burned, burned me to my soul.
like loneliness seeping through the dirt on your grave.
won't you care i'm hurting?
would you notice i'm gasping for air?
to the ground i fall, shattering apart
and you're pinning me down, down, down,
down to the mausoleum beneath the waves
i'm drowning away to a land underwaters
where everything is nothing and they're insidious
to the dry i say goodbye, i'm too lost to reach back home
and for a fact i cried, i cried, and i cried,
for being lonely once again, once more.
the pouring dusts of untold pains
that you secretly sprinkled on me.
but it burned, burned, burned me to my soul.
like loneliness seeping through the dirt on your grave.
won't you care i'm hurting?
would you notice i'm gasping for air?
to the ground i fall, shattering apart
and you're pinning me down, down, down,
down to the mausoleum beneath the waves
i'm drowning away to a land underwaters
where everything is nothing and they're insidious
to the dry i say goodbye, i'm too lost to reach back home
and for a fact i cried, i cried, and i cried,
for being lonely once again, once more.
08 March 2006
we are omnipresent, we are free
it is at night we are awake
and during slumbers our souls wander
dreams become what is real
we live without our eyes wide open
it is at night we gather around
holding hands, embracing our souls
during sleeps we dream of our lives
in golden slumbers we plan our tomorrows
some claimed to have faced and seen
winged beauty of angels and of seraphs
but while dreaming, we see each other,
and seeing each other is enough
loafers perhaps are we
but if so, we did it perfectly
we paint the walls with insobriety
we are omnipresent, we are free
we all dream our days at night
while the moon shine through the shrouding clouds
we sit by the lake, we ponder and state proud
'here we are! here we stand well and alive!'
we lay on our backs on the ground
look up to the sky and enjoy the setting sun
but this is a dream, it's cunning and mean.
sunsets are dawn, and with dawn reality begins.
at night we are a nation
of youth, pride, and compassion.
we laugh joyously with our hearts
through the dark silent night we meditate loud
but we learn laughters are frail
they fade as the sun shines its ray
soon it is 'so long', and 'goodbye',
to love, to memories, and to the good times.
and during slumbers our souls wander
dreams become what is real
we live without our eyes wide open
it is at night we gather around
holding hands, embracing our souls
during sleeps we dream of our lives
in golden slumbers we plan our tomorrows
some claimed to have faced and seen
winged beauty of angels and of seraphs
but while dreaming, we see each other,
and seeing each other is enough
loafers perhaps are we
but if so, we did it perfectly
we paint the walls with insobriety
we are omnipresent, we are free
we all dream our days at night
while the moon shine through the shrouding clouds
we sit by the lake, we ponder and state proud
'here we are! here we stand well and alive!'
we lay on our backs on the ground
look up to the sky and enjoy the setting sun
but this is a dream, it's cunning and mean.
sunsets are dawn, and with dawn reality begins.
at night we are a nation
of youth, pride, and compassion.
we laugh joyously with our hearts
through the dark silent night we meditate loud
but we learn laughters are frail
they fade as the sun shines its ray
soon it is 'so long', and 'goodbye',
to love, to memories, and to the good times.
28 February 2006
i miss you
look over here
we're so far apart.
we hardly see each other,
i can't barely feel your heart.
come back, love.
where are you right now?
i need to hold you tonight.
i need to desperately cry.
we're so far apart.
we hardly see each other,
i can't barely feel your heart.
come back, love.
where are you right now?
i need to hold you tonight.
i need to desperately cry.
24 February 2006
Hatiku Pecah Ketika Pesawatmu Berangkat
ketika pesawatmu berangkat
seiring dengan terbitnya senja
langitpun memudar
dan malam muncul tanpa cinta
ketika awan nila menelan
habis bayangmu di pelupuk mentari
hatiku mati, jatuh tertelungkup
meringkuk sepi menantimu kembali
mungkin hatiku pecah
berkeping beling, berbelah darah.
tetapi sayangku, ketika 14 purnama berlalu
kau 'kan kembali dan aku 'kan masih ada di sini
seiring dengan terbitnya senja
langitpun memudar
dan malam muncul tanpa cinta
ketika awan nila menelan
habis bayangmu di pelupuk mentari
hatiku mati, jatuh tertelungkup
meringkuk sepi menantimu kembali
mungkin hatiku pecah
berkeping beling, berbelah darah.
tetapi sayangku, ketika 14 purnama berlalu
kau 'kan kembali dan aku 'kan masih ada di sini
17 February 2006
moral awakening
if you're asking
about what's real
and what's illusive,
and nobody
could figure it out,
ask me.
i would love to answer.
what's illusive,
is a happy life.
since we made it up
inside our heads,
and believe it with our hearts.
but at the same time,
we see with our eyes
that what's real,
are the bloody headless bodies,
the dry ice blocks on top of corpses,
and mothers killing their babies.
about what's real
and what's illusive,
and nobody
could figure it out,
ask me.
i would love to answer.
what's illusive,
is a happy life.
since we made it up
inside our heads,
and believe it with our hearts.
but at the same time,
we see with our eyes
that what's real,
are the bloody headless bodies,
the dry ice blocks on top of corpses,
and mothers killing their babies.
Kamu Tau Kamu Tabu?
Apa saja bolehlah.
Aku juga tak begitu peduli.
Memang keacuhan yang aku harapkan.
Kamu tau kamu tabu?
Menyenangkan,
namun membunuhku pelan-pelan,
dramatis.
Nyawaku naik turun dibawamu.
Dengan kebaikan yang bersifat racun
walau kamu mungkin memang tulus.
Seiring detik berdetak dalam larinya,
aku menghitung
sisa-sisa nafas yang tertinggal.
Kamu mencuri nafasku
dengan senyummu.
Ketika menit bertumpuk
menjadi hitungan jam,
aku merasa jantungku kian melemah.
Kamu menusuk jantungku,
dengan matamu.
Pelan-pelan kamu merampas hidupku,
tapi aku menikmatinya.
Kamu tau kamu tabu?
Aku mencintaimu,
tapi kamu membunuhku perlahan dan diam-diam.
Aku juga tak begitu peduli.
Memang keacuhan yang aku harapkan.
Kamu tau kamu tabu?
Menyenangkan,
namun membunuhku pelan-pelan,
dramatis.
Nyawaku naik turun dibawamu.
Dengan kebaikan yang bersifat racun
walau kamu mungkin memang tulus.
Seiring detik berdetak dalam larinya,
aku menghitung
sisa-sisa nafas yang tertinggal.
Kamu mencuri nafasku
dengan senyummu.
Ketika menit bertumpuk
menjadi hitungan jam,
aku merasa jantungku kian melemah.
Kamu menusuk jantungku,
dengan matamu.
Pelan-pelan kamu merampas hidupku,
tapi aku menikmatinya.
Kamu tau kamu tabu?
Aku mencintaimu,
tapi kamu membunuhku perlahan dan diam-diam.
Kenangan
Hari itu, pukul 10 pagi. Aku datang duluan, menunggumu di sebuah kafe, mendudukkan diri di bangku paling depan. Paling dekat dengan pintu. Dengan begitu aku bisa melihatmu ketika kamu datang. Dan juga agar kita berdua bisa sama-sama cepat-cepat keluar dari kafe ini sekaligus percakapan kita nanti.
Di depanku gelas kertas putih setinggi 15 cm berisi latte siap kutenggak.
Tak kusentuh.
Kubeli hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan kafe ini untuk bisa duduk di dalamnya.
Dingin.
Ataukah aku menggigil karena deg-degan? Takut, barangkali?
Ya, mungkin memang itu.
Gugup.
Ingin semuanya cepat berakhir, dan sekarang perasaan itu mengambil alih kakiku yang bergerak naik turun dengan irama supercepat…mungkin sedikit banyak syarafku sudah rusak.
15 menit. Tak biasanya kamu terlambat. Kamu selalu tepat waktu bahkan datang sebelum aku. Tak pernah membuatku menunggu.
Tapi mungkin ini caramu menyiksaku.
Mungkin kamu sudah tau isi percakapan kita nanti dan ini caramu menyiksaku.
Menunggumu dan bertahan gugup setengah mati lebih lama lagi.
Ketika kamu datang, sosokmu yang terlihat jelas menjadi bukti bahwa kursi yang kupilih benar. Dengan mudah mataku langsung menangkap jaket warna krem favoritmu itu.
Seakan sedang menikmati wahana di sebuah taman ria, jantungku berdegup cepat mengiringi tiap langkahmu mendekati pintu kafe.
Setelah memasuki kafe, kamu layangkan sejenak senyummu ke arahku kemudian berjalan ke counter tempat pengunjung memesan minuman.
Kamu membuatku menunggu lagi.
Jantungku berdegup lebih cepat. Memompa darahku lebih deras hingga aku merasa ledakan kecil di kepalaku.
3 menit kemudian pesananmu selesai diracik. Gelasnya sudah kamu pegang. Kamu berbalik perlahan dan berjalan ke arahku. Mulai detik itu waktu berjalan lambat.
Semuanya terlihat seperti film-film lama. Vivien Leigh dan Clark Gable bermesraan di belakangmu, melakonkan adegan dari Gone With The Wind, menari waltz bersama, dengan warna hitam putih, dalam slow motion.
Jantungku berdetak keras.
Kamu melangkah.
Detak, lalu langkah.
Detak, lalu langkah.
Detak, lalu langkah.
Kamu duduk.
Jantungku berhenti.
Dan kitapun, tanpa kata, berpandangan sedih.
Di depanku gelas kertas putih setinggi 15 cm berisi latte siap kutenggak.
Tak kusentuh.
Kubeli hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan kafe ini untuk bisa duduk di dalamnya.
Dingin.
Ataukah aku menggigil karena deg-degan? Takut, barangkali?
Ya, mungkin memang itu.
Gugup.
Ingin semuanya cepat berakhir, dan sekarang perasaan itu mengambil alih kakiku yang bergerak naik turun dengan irama supercepat…mungkin sedikit banyak syarafku sudah rusak.
15 menit. Tak biasanya kamu terlambat. Kamu selalu tepat waktu bahkan datang sebelum aku. Tak pernah membuatku menunggu.
Tapi mungkin ini caramu menyiksaku.
Mungkin kamu sudah tau isi percakapan kita nanti dan ini caramu menyiksaku.
Menunggumu dan bertahan gugup setengah mati lebih lama lagi.
Ketika kamu datang, sosokmu yang terlihat jelas menjadi bukti bahwa kursi yang kupilih benar. Dengan mudah mataku langsung menangkap jaket warna krem favoritmu itu.
Seakan sedang menikmati wahana di sebuah taman ria, jantungku berdegup cepat mengiringi tiap langkahmu mendekati pintu kafe.
Setelah memasuki kafe, kamu layangkan sejenak senyummu ke arahku kemudian berjalan ke counter tempat pengunjung memesan minuman.
Kamu membuatku menunggu lagi.
Jantungku berdegup lebih cepat. Memompa darahku lebih deras hingga aku merasa ledakan kecil di kepalaku.
3 menit kemudian pesananmu selesai diracik. Gelasnya sudah kamu pegang. Kamu berbalik perlahan dan berjalan ke arahku. Mulai detik itu waktu berjalan lambat.
Semuanya terlihat seperti film-film lama. Vivien Leigh dan Clark Gable bermesraan di belakangmu, melakonkan adegan dari Gone With The Wind, menari waltz bersama, dengan warna hitam putih, dalam slow motion.
Jantungku berdetak keras.
Kamu melangkah.
Detak, lalu langkah.
Detak, lalu langkah.
Detak, lalu langkah.
Kamu duduk.
Jantungku berhenti.
Dan kitapun, tanpa kata, berpandangan sedih.
Aku Sudah Bilang Kamu Tabu
balon yang diberimu tak pernah bertahan.
terbawa angin, kalau tidak meletus.
terkadang dengan kuatnya membawaku terbang,
untuk meletus di tengah awan,
menjatuhkanku kembali ke tanah
hingga hancur berserakan.
dan aku sudah bilang kamu tabu,
bahkan balon darimu adalah candu.
terbawa angin, kalau tidak meletus.
terkadang dengan kuatnya membawaku terbang,
untuk meletus di tengah awan,
menjatuhkanku kembali ke tanah
hingga hancur berserakan.
dan aku sudah bilang kamu tabu,
bahkan balon darimu adalah candu.
Penjaja
aku berteman
dengan lampu malam kota
yang menggoda manusia
untuk terlelap ketika dini hari tiba.
aku,
perempuan hina yang mengais pengampunan.
dengan lampu malam kota
yang menggoda manusia
untuk terlelap ketika dini hari tiba.
aku,
perempuan hina yang mengais pengampunan.
04 January 2006
Songs to Sing
just like Georgia you're a sweet, sweet song
and i could keep on singing you a lifetime long
and while mister matthews sings, 'crash into me'
with ms. austin i hum along, 'say you love me'
and i could keep on singing you a lifetime long
and while mister matthews sings, 'crash into me'
with ms. austin i hum along, 'say you love me'
Hi, Hello
Hey!
i meant 'hi...hello.'
would you, please, stay?
keep me from feeling hollow?
right there, don't move.
for a couple of moments
here, i think, you'll gain proof
of what you haven't
here goes: i love losing
the opportunities to see you
it helps me in quitting
-although not so much working
and forgetting how much i adore you
but here's a secret:
i still miss you;
though in a distance
i did try to keep you
i meant 'hi...hello.'
would you, please, stay?
keep me from feeling hollow?
right there, don't move.
for a couple of moments
here, i think, you'll gain proof
of what you haven't
here goes: i love losing
the opportunities to see you
it helps me in quitting
-although not so much working
and forgetting how much i adore you
but here's a secret:
i still miss you;
though in a distance
i did try to keep you
13 December 2005
Dariku
mungkin rentannya kebahagiaan
tidak datang dari mana-mana,
tetapi dariku,
yang harus terus menambah jarak
berjalan membelakangimu.
tidak datang dari mana-mana,
tetapi dariku,
yang harus terus menambah jarak
berjalan membelakangimu.
Sampai Mati
misalkan aku mati sekarang
dan meninggalkanmu sebuah surat cinta
akankah kau menangis dan menyesal
dan merasaku memelukmu dari belakang?
dan meninggalkanmu sebuah surat cinta
akankah kau menangis dan menyesal
dan merasaku memelukmu dari belakang?
Aku Punya 1001 Puisi Untukmu
aku punya 1001 puisi untukmu
dan kesemuanya
adalah 1001 alasan
untuk tidak membacakannya
di hadapanmu
dan kesemuanya
adalah 1001 alasan
untuk tidak membacakannya
di hadapanmu
Kopi Sore Hari
sepertinya sampai kapanpun
ini akan terus menjadi harapan kosong:
kamu mencintai aku
dan aku mencintaimu yang mencintai aku
tapi setidaknya kita menikmati saat-saat ini
menghabiskan momen-momen indah bersama
tak menghiraukan hal yang lainnya.
sebentar lagi angka 12 adalah 60
dan tangan waktu akan berhenti
mati suri untuk sementara
selagi kita memicingkan mata, melihat jauh ke depan.
sementara itu, aku akan terus menanti
saatnya kita minum kopi di sore hari
melepas penat bersantai sejenak
hingga waktu menyuruhmu untuk pulang
ini akan terus menjadi harapan kosong:
kamu mencintai aku
dan aku mencintaimu yang mencintai aku
tapi setidaknya kita menikmati saat-saat ini
menghabiskan momen-momen indah bersama
tak menghiraukan hal yang lainnya.
sebentar lagi angka 12 adalah 60
dan tangan waktu akan berhenti
mati suri untuk sementara
selagi kita memicingkan mata, melihat jauh ke depan.
sementara itu, aku akan terus menanti
saatnya kita minum kopi di sore hari
melepas penat bersantai sejenak
hingga waktu menyuruhmu untuk pulang
kepada temanku yang ditinggal temannya jatuh cinta
seperti tertinggal kereta, bukan?
yang tersisa hanya rasa kecewa
setelah berlari mengejarnya,
memanggil-manggil, tapi yang ia lakukan hanya berlalu.
segalanya memang lebih mudah
jika kau 'melapisinya dengan kalkir'
agar semuanya berubah 'penuh miasma',
tak terlihat 'walaupun sebenarnya ada.'
kepada temanku yang ditinggal temannya jatuh cinta,
cinta akan datang kepadamu
dan jika kau mau
nanti ketika datang pianis dan manajer botak
hendak bermain engklek,
melempar dadu bermain ludo,
berlagak kaya bermain monopoli,
atau berlarian riang bermain galaksin,
lalaikan saja momen-momen itu.
sambut cintamu.
yang tersisa hanya rasa kecewa
setelah berlari mengejarnya,
memanggil-manggil, tapi yang ia lakukan hanya berlalu.
segalanya memang lebih mudah
jika kau 'melapisinya dengan kalkir'
agar semuanya berubah 'penuh miasma',
tak terlihat 'walaupun sebenarnya ada.'
kepada temanku yang ditinggal temannya jatuh cinta,
cinta akan datang kepadamu
dan jika kau mau
nanti ketika datang pianis dan manajer botak
hendak bermain engklek,
melempar dadu bermain ludo,
berlagak kaya bermain monopoli,
atau berlarian riang bermain galaksin,
lalaikan saja momen-momen itu.
sambut cintamu.
Berselisih Jalan
aku memang selalu menanti
datangnya undangan makan malam
atau sekedar lambaian tangan
darimu, selalu kunanti.
malam itu tiba berita darimu,
"Aku ada di dekat rumahmu.
Makan malam bersama?
Bagaimana, sayangku?"
refleks hatiku menjawab, "ya"
tapi sayang sekali sungguh, sayang
tawaran makan malam darimu datang
terlambat sudah adanya.
Di sampingku telah menunggu
hati lain yang ingin mencintaiku
karena kamu tak mernah membalas dengan pasti
aku berpaling dan kini telah memilih.
datangnya undangan makan malam
atau sekedar lambaian tangan
darimu, selalu kunanti.
malam itu tiba berita darimu,
"Aku ada di dekat rumahmu.
Makan malam bersama?
Bagaimana, sayangku?"
refleks hatiku menjawab, "ya"
tapi sayang sekali sungguh, sayang
tawaran makan malam darimu datang
terlambat sudah adanya.
Di sampingku telah menunggu
hati lain yang ingin mencintaiku
karena kamu tak mernah membalas dengan pasti
aku berpaling dan kini telah memilih.
A Dying Heartbeat
a smile from you means one less heartbeat.
a full conversation is like digging my own grave.
i sure get jumpy everytime we're supposed to meet
but you hug me only in May; my birthday.
i'm sure my heart's surviving with patches
each for the scar you unknowingly scrape.
and while you love our moments of nothingness
how haven't you noticed i've been dying a little bit each day?
a full conversation is like digging my own grave.
i sure get jumpy everytime we're supposed to meet
but you hug me only in May; my birthday.
i'm sure my heart's surviving with patches
each for the scar you unknowingly scrape.
and while you love our moments of nothingness
how haven't you noticed i've been dying a little bit each day?
Subscribe to:
Posts (Atom)