Pages

13 April 2005

Aku, Dia, Dia, dan Dia #2

Perawat yang tadi menghampiriku, bertanya lagi, "ibu...tadi asik ngobrol sama siapa, sih?"
"Sama dia, dia, dan dia."
"Siapa?"
"Teman-teman saya, di kota bayangan. kota surreal. Kamu nggak bakal ngerti."
"Saya pernah ke kota surreal ibu. Menyenangkan. Waktu itu ibu masih muda. Masih doyan sama yang namanya rokok."
"Iya? Masa sih kamu pernah ke sana?"
"Iya. Ibu bilang, 'asap dan matahari terbenam...adalah kenyamanan.' Gitu kan?"
"Lho...iya...benar. Kamu kok tahu?"
"Waktu itu, saya adalah 'dia'."

"Ibu Maya...ibu Maya!" dua tangan asing menggoncang pundakku.
Sekelilingku berubah rupa.

Perawat tadi menghilang.

"Ini lithium ibu. Ayo, diminum. Sudah waktunya," sang psikiater bertitah.

Rupanya otak mempermainkanku.

2 comments:

prapto said...

bagi dong.. eh engga ding.. ga mauu..

snd said...

prapto mauuu?
hehehe.

prapto siapakahh?