"Penggal saja lehernya!" Kudengar teriakan selagi leherku dicengkeram.
"Ya, ya! Penggal saja sekarang!" Seorang lagi..
"Betul! Apalagi yang kamu tunggu?" Dan seorang lagi...
"Tapi dia satu-satunya milik saya. Dia keluarga saya sendiri."
"Ini perintah Dia! Sudah waktunya kamu relakan!"
Bapak adalah manusia pertama yang kulihat sejak aku keluar dari kungkungan.
Hanya 17 hari, tapi rasanya seperti bertahun-tahun.
Yang jelas, tak ada yang mengerti bagaimana leganya aku ketika bertemu Bapak.
"Cepatlah. Ini kan memang kewajiban kita."
Bapak menatapku sedih.
"Maafkan Bapak," katanya sambil mengayun goloknya.
Tak apa.
Untukmu, Pak...apapun aku rela.
Terdengar tahmid berkumandang...
Biarlah aku menjadi 2,5%mu Idul Adha ini.
No comments:
Post a Comment